Senin, 10 Januari 2011

kisah sukses membesarkan Kaskus

Andrew Darwis memang tak setenar Mark Zuckerberg, sang pendiri situs jejaring sosial, Facebook. Namun, kreativitas dan inovasi pemuda lajang berusia 31 tahun ini tergolong luar biasa. Pada usia yang relatif muda, pendiri forum komunitas, Kaskus, ini sudah mengembangkan usahanya hingga bernilai miliaran rupiah. Kepada wartawan Republika, Irfan Junaidi dan Nur Hasan Murtiaji, Andrew berbagi kisah sukses kiatnya dalam membesarkan kerajaan Kaskus.


Andrew Darwis mengaku sama sekali tak menyangka forum komunitas Kaskus yang dikembangkannya bakal seramai seperti saat ini. Di awal-awal Kaskus muncul-yang diluncurkan kali pertama pada 6 November 1999-hanya memiliki anggota (member) 10 orang.

Namun, pada akhir tahun lalu, anggota Kaskus sudah tembus dua juta member. Jumlah yang tidak sedikit, yang dikembangkan hanya dalam kurun sepuluh tahun. "Waktu awal-awal dulu, Kaskus didatangi lima orang saja rasanya saya senang sekali. Dan lama-lama, jumlah anggotanya terus bertambah," kenang Andrew.

Pemuda kelahiran 20 Juli 1979 ini memang menggemari web design. Kala itu, pertengahan 2009, belum banyak orang Indonesia yang menggeluti bidang ini. Di Tanah Air pun belum ada perguruan tinggi yang khusus mempelajari hal ini.

Dorongan hobi dan semangat yang tinggi membuatnya merantau hingga ke Seattle, Amerika Serikat. Di sebuah apartemen yang disewanya, Andrew membuat cikal bakal Kaskus. "Kita cuma bermodal tujuh dolar AS per bulan untuk sewa hosting," ungkap Andrew.

Bermodal dari mulut ke mulut, Kaskus yang menjadi tempat bagi para anggotanya berbagi informasi dan jual beli makin ramai dikunjungi. Lalu lintasnya pun bertambah tinggi.

Atas saran pengelola hosting yang disewanya, kapasitas web kemudian di-up grade. Tentu, biaya sewa menjadi bertambah mahal. "Ketika itu, biaya sewanya 14 dolar AS per bulan."

Yang menarik, Andrew mengaku tak menggunakan strategi khusus saat itu untuk membuat Kaskus makin ramai dikunjungi orang. Informasi mengenai Kaskus hanya menyebar lantaran pertemanan.
"Pasang iklan nggak pernah, promosi juga nggak pernah. Kita memang jalannya pelan-pelan saja," katanya. Anggota Kaskus yang merasakan manfaat-di antaranya sebagai media jual beli barang-menginformasikan kepada sesama rekan agar menjadi anggota.

Delapan tahun Andrew membangun Kaskus dengan jumlah anggota dari semula berdiri hanya 5-10 orang, pada 2008, membeludak menjadi 350 ribu member. Masa delapan tahun dirasakan Andrew sudah cukup untuk mengembangkan bisnisnya. "Ibaratnya masa delapan tahun itu seperti menanam."

Bagi Andrew yang menjalankan bisnis atas dasar hobi, jumlah anggota yang demikian besar ini harus tetap dipelihara. Bagaimana kiatnya?

Ada tiga jurus yang digunakan agar jumlah anggota makin banyak, sementara anggota yang sudah ada tetap loyal. Pertama, yang dilakukannya adalah mengubah citra. "Orang menyangka Kaskus itu situs porno dan judi," katanya.

Apalagi, pada akhir 2008, Andrew memindahkan server-nya dari AS ke Indonesia. Ada yang menasihatinya, jika berusaha di Indonesia, harus bebas dari pornografi dan perjudian. "Pendapatan sempat hilang karena ada iklan yang mesti kita putus," katanya.

Jurus keduanya adalah mengubah perwajahan Kaskus. Format desain tampilan muka dirombak total dengan mengategorisasikan forum-forum yang ada. "Memang ada yang pro dan kontra awalnya."

Selain dua hal itu, untuk mengembangkan bisnisnya, Andrew membentuk tim sales yang bertugas memasarkan Kaskus. Harapannya tentu meraih pemasang iklan.

Semula, Andrew berprinsip tak menargetkan Kaskus sebagai sumber uang. Namun, dengan membesarnya Kaskus, keuntungan mengalir sendiri ke kantong Andrew. "Kami mendapat profit pertama kali itu terjadi pada tahun ketiga."

Jumlah member yang bertambah banyak, traffic yang makin tinggi, menjadi daya tarik para pemasang iklan. "Kita pasang banner bagi para agensi iklan. Kita kasih kode di banner mereka, yang dari situlah income awalnya. Lumayan, sebulan bisa dapat 400 dolar AS."

Uang itu, katanya, sudah lebih dari cukup untuk menutup biaya operasi. Praktis, di tahun keempat, Kaskus sudah bisa meraih untung.

Bukan tanpa godaan, Andrew konsisten mengembangkan Kaskus hingga memasuki usia sepuluh tahun. Dia mengaku Kaskus pernah ditawar seseorang senilai 300 ribu dolar AS. Jumlah yang pada 2006 diakuinya tak terbilang kecil.

"Tapi, saya tak setuju karena misi investor itu tak sama," ungkapnya. Sang investor siap menanamkan uang jutaan dolar AS asalkan dalam tiga tahun sudah bisa balik modal. Jika itu terjadi, Kaskus akan berubah menjadi media profit yang selalu dikejar-kejar meraih keuntungan sebanyak-banyaknya.

Dia mengaku tak setuju dengan prinsip itu yang membuatnya menolak tawaran investor lain yang pernah menawar Kaskus jutaan dolar AS. Bagi Andrew, uang bukanlah segalanya dalam mengembangkan Kaskus.

Dia merasa sangat senang ketika melihat ada puluhan ribu orang yang memanfaatkan Kaskus sebagai media mencari nafkah. "Coba bayangkan, ada 40 ribu orang mengerubuti satu komputer. Mereka ada yang menjual barang, bertukar informasi, dan sebagainya. Saya merinding kalau membayangkan itu."

Karena itulah, Andrew lebih menyukai mengembangkan usaha berdasarkan minat, bukan bermula dari berharap keuntungan di kemudian hari. "Berawal dari hobi, kemudian pindah ke passion (minat yang tinggi). Sebab, kalau didasarkan atas minat, tak akan hilang (usaha itu)."

Lalu apakah diharamkan untuk mendapat untung? Andrew tak menyatakan demikian. Ada saatnya, hobi yang didasarkan atas minat itu bisa berubah menjadi profit. "Kalau dari awal sudah memikirkan profit, bisa-bisa gila karena mesti mikir kapan balik modal." Jadi, pesan Andrew, berbisnislah karena Anda suka dan hobi dengan bidang itu, maka uang akan mengalir dengan sendirinya.

republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Ping

Computers Top Blogs Computers Blogs My Ping in TotalPing.com pingoat_9.gif