Andrew Darwis memang tak setenar Mark Zuckerberg, sang pendiri situs
jejaring sosial, Facebook. Namun, kreativitas dan inovasi pemuda lajang
berusia 31 tahun ini tergolong luar biasa. Pada usia yang relatif muda,
pendiri forum komunitas, Kaskus, ini sudah mengembangkan usahanya hingga
bernilai miliaran rupiah. Kepada wartawan Republika, Irfan Junaidi dan Nur Hasan Murtiaji, Andrew berbagi kisah sukses kiatnya dalam membesarkan kerajaan Kaskus.
Andrew
Darwis mengaku sama sekali tak menyangka forum komunitas Kaskus yang
dikembangkannya bakal seramai seperti saat ini. Di awal-awal Kaskus
muncul-yang diluncurkan kali pertama pada 6 November 1999-hanya memiliki
anggota (member) 10 orang.
Namun, pada akhir tahun lalu, anggota
Kaskus sudah tembus dua juta member. Jumlah yang tidak sedikit, yang
dikembangkan hanya dalam kurun sepuluh tahun. "Waktu awal-awal dulu,
Kaskus didatangi lima orang saja rasanya saya senang sekali. Dan
lama-lama, jumlah anggotanya terus bertambah," kenang Andrew.
Pemuda
kelahiran 20 Juli 1979 ini memang menggemari web design. Kala itu,
pertengahan 2009, belum banyak orang Indonesia yang menggeluti bidang
ini. Di Tanah Air pun belum ada perguruan tinggi yang khusus mempelajari
hal ini.
Dorongan hobi dan semangat yang tinggi membuatnya
merantau hingga ke Seattle, Amerika Serikat. Di sebuah apartemen yang
disewanya, Andrew membuat cikal bakal Kaskus. "Kita cuma bermodal tujuh
dolar AS per bulan untuk sewa hosting," ungkap Andrew.
Bermodal
dari mulut ke mulut, Kaskus yang menjadi tempat bagi para anggotanya
berbagi informasi dan jual beli makin ramai dikunjungi. Lalu lintasnya
pun bertambah tinggi.
Atas saran pengelola hosting yang
disewanya, kapasitas web kemudian di-up grade. Tentu, biaya sewa menjadi
bertambah mahal. "Ketika itu, biaya sewanya 14 dolar AS per bulan."
Yang
menarik, Andrew mengaku tak menggunakan strategi khusus saat itu untuk
membuat Kaskus makin ramai dikunjungi orang. Informasi mengenai Kaskus
hanya menyebar lantaran pertemanan.
"Pasang iklan nggak pernah,
promosi juga nggak pernah. Kita memang jalannya pelan-pelan saja,"
katanya. Anggota Kaskus yang merasakan manfaat-di antaranya sebagai
media jual beli barang-menginformasikan kepada sesama rekan agar menjadi
anggota.
Delapan tahun Andrew membangun Kaskus dengan jumlah
anggota dari semula berdiri hanya 5-10 orang, pada 2008, membeludak
menjadi 350 ribu member. Masa delapan tahun dirasakan Andrew sudah cukup
untuk mengembangkan bisnisnya. "Ibaratnya masa delapan tahun itu
seperti menanam."
Bagi Andrew yang menjalankan bisnis atas dasar
hobi, jumlah anggota yang demikian besar ini harus tetap dipelihara.
Bagaimana kiatnya?
Ada tiga jurus yang digunakan agar jumlah
anggota makin banyak, sementara anggota yang sudah ada tetap loyal.
Pertama, yang dilakukannya adalah mengubah citra. "Orang menyangka
Kaskus itu situs porno dan judi," katanya.
Apalagi, pada akhir
2008, Andrew memindahkan server-nya dari AS ke Indonesia. Ada yang
menasihatinya, jika berusaha di Indonesia, harus bebas dari pornografi
dan perjudian. "Pendapatan sempat hilang karena ada iklan yang mesti
kita putus," katanya.
Jurus keduanya adalah mengubah perwajahan
Kaskus. Format desain tampilan muka dirombak total dengan
mengategorisasikan forum-forum yang ada. "Memang ada yang pro dan kontra
awalnya."
Selain dua hal itu, untuk mengembangkan bisnisnya,
Andrew membentuk tim sales yang bertugas memasarkan Kaskus. Harapannya
tentu meraih pemasang iklan.
Semula, Andrew berprinsip tak
menargetkan Kaskus sebagai sumber uang. Namun, dengan membesarnya
Kaskus, keuntungan mengalir sendiri ke kantong Andrew. "Kami mendapat
profit pertama kali itu terjadi pada tahun ketiga."
Jumlah member
yang bertambah banyak, traffic yang makin tinggi, menjadi daya tarik
para pemasang iklan. "Kita pasang banner bagi para agensi iklan. Kita
kasih kode di banner mereka, yang dari situlah income awalnya. Lumayan,
sebulan bisa dapat 400 dolar AS."
Uang itu, katanya, sudah lebih
dari cukup untuk menutup biaya operasi. Praktis, di tahun keempat,
Kaskus sudah bisa meraih untung.
Bukan tanpa godaan, Andrew
konsisten mengembangkan Kaskus hingga memasuki usia sepuluh tahun. Dia
mengaku Kaskus pernah ditawar seseorang senilai 300 ribu dolar AS.
Jumlah yang pada 2006 diakuinya tak terbilang kecil.
"Tapi, saya
tak setuju karena misi investor itu tak sama," ungkapnya. Sang investor
siap menanamkan uang jutaan dolar AS asalkan dalam tiga tahun sudah bisa
balik modal. Jika itu terjadi, Kaskus akan berubah menjadi media profit
yang selalu dikejar-kejar meraih keuntungan sebanyak-banyaknya.
Dia
mengaku tak setuju dengan prinsip itu yang membuatnya menolak tawaran
investor lain yang pernah menawar Kaskus jutaan dolar AS. Bagi Andrew,
uang bukanlah segalanya dalam mengembangkan Kaskus.
Dia merasa
sangat senang ketika melihat ada puluhan ribu orang yang memanfaatkan
Kaskus sebagai media mencari nafkah. "Coba bayangkan, ada 40 ribu orang
mengerubuti satu komputer. Mereka ada yang menjual barang, bertukar
informasi, dan sebagainya. Saya merinding kalau membayangkan itu."
Karena
itulah, Andrew lebih menyukai mengembangkan usaha berdasarkan minat,
bukan bermula dari berharap keuntungan di kemudian hari. "Berawal dari
hobi, kemudian pindah ke passion (minat yang tinggi). Sebab, kalau
didasarkan atas minat, tak akan hilang (usaha itu)."
Lalu apakah
diharamkan untuk mendapat untung? Andrew tak menyatakan demikian. Ada
saatnya, hobi yang didasarkan atas minat itu bisa berubah menjadi
profit. "Kalau dari awal sudah memikirkan profit, bisa-bisa gila karena
mesti mikir kapan balik modal." Jadi, pesan Andrew, berbisnislah karena
Anda suka dan hobi dengan bidang itu, maka uang akan mengalir dengan
sendirinya.
republika
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar